Senin, 09 Februari 2009

Benarkah???

Benarkah Al-Quran lebih berpihak kepada laki-laki ?

Banyak diantara orang-orang yang tidak faham islam yang menuduh
bahwa Al-Quran lebih berpihak kepada laki-laki dalam beberapa hal
terutama dalam hal pembagian harta waris, dalam pernikahan, dan dalam
kepemimpinan. Bahkan ada yang sampai menuduh bahwa Allah tidak adil
(Na’udzu billahi). Kemudian dengan semboyan HAM (Hak Asasi Manusia) dan
Emansipasi wanita, mereka meneriakkan persamaan dalam segala hal antara
laki-laki dan perempuan. Apakah memang Al-Quran lebih berpihak kepada
laki-laki?

Perlu dimengerti, bahwa segala ketentuan Allah itu dalam hukum-Nya
tidaklah mengandung unsur keberpihakan atau berat sebelah kepada pihak
tertentu. Kelebihan yang Allah berikan kepada satu pihak dalam
ketentuan-Nya, tidak bisa diartikan sebagai keberpihakan. Misalnya,
Allah wajibkan dalam hal mencari nafkah atas pria dan tidak atas
wanita. Juga Allah wajibkan berperang melawan musuh atas pria dan tidak
atas wanita. Allah wajibkan atas pria mempertanggungjawabkan
dihadapan-Nya keselamatan anggota keluarganya dari api neraka, dan
tidak ada kewajiban yang demikian ini atas wanita. Rasulullah
Shollallahu ‘Alaihi Wasallam mewajibkan atas pria untuk shalat
berjama’ah lima waktu dimasjid, dan tidak diwajibkan atas wanita. Perlu
diketahui bahwa keadilan itu tidak mesti bermakna sama rata dan sama
rasa. Keadilan dengan makna yang demikian tidak pernah ada dialam nyata
dan hanya ada dialam khayal.

Keadilan itu sesungguhnya adalah meletakkan segala sesuatu pada
tempatnya. Maka adalah keadilan Allah yang Maha Sempurna ketika
menciptakan perbedaan struktur tubuh pria dengan wanita. Adalah
keadilan-Nya yang Maha Sempurna ketika wanita diciptakan dengan rahim
untuk hamil dan melahirkan anak dengan penderitaan berbulan-bulan. Juga
keadilan-Nya yang Maha Sempurna ketika menciptakan tubuh wanita yang
memungkinkan untuk menyusui anaknya bertahun-bertahun. Demikian pula
keadilan-Nya yang Maha Sempurna ketika menciptakan tubuh wanita dengan
kemestian mengalami haidh (menstruasi) dan nifas sehingga sangat
mempengaruhi fisik wanita itu dan mentalnya. Kemudian dengan berbagai
perbedaan struktur tubuh pria dengan wanita itu, Allah menentukan hukum
bahwa pimpinan itu ditangan pria dan bukan ditangan wanita. Karena
perbedaan struktur tubuh berakibat pula kepada perbedaan mental
spiritual pria dan wanita. Sehingga hak dan kewajiban antara keduanya
tentu berbeda pula. Allah menentukan perbedaan hukum antara pria dan
wanita dalam perkara pernikahan dimana pria diperbolehkan untuk
berpoligami sedangkan wanita hanya boleh satu suami. Juga perbedaan
dalam perkara hukum waris dimana wanita mendapat separuh dari bagian
pria, berhubung tanggung jawab pemberian nafkah dibebankan oleh Allah
kepada pria dan bukan kepada wanita.

Maka perbedaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita ditentukan
oleh Allah berhubung diciptakannya perbedaan struktur tubuh antara pria
dan wanita. Bila saudara ada yang menganggap perbedaan hak dan
kewajiban antara pria dan wanita itu berpihak kepada pria, maka
mestinya dia juga menganggap bahwa Allah menciptakan ekosistem alam ini
banyak berpihak kepada pria. Karena yang menikmati hubungan seks adalah
pria dan wanita, tetapi mengapa yang menderita hamil dan melahirkan
anak adalah wanita..? dan kemudian yang bersusah payah menyusui anak
adalah wanita. Mestinya pria juga hamil dan melahirkan anak serta
menyusuinya!! Bila pria dapat berhubungan seks dengan istrinya kapan
saja, tetapi wanita terhalang berhubungan seks dengan suaminya di
waktu-waktu haidh dan nifas. Mestinya pria pun harus juga menderita
haidh dan nifas!! Dan maaf, mestinya kalau menurut teori sama rata sama
rasa, kemaluan pria dan wanita tidak boleh berbeda. Karena perbedaan
itu, wanita dapat dipaksa untuk melayani suaminya berhubungan seks,
sedangkan pria tidak dapat dipaksa untuk melayani istrinya. Seandainya
ekosistem alam ini menuruti tuntutan kesamaan antara pria dan wanita,
niscaya tidak terjadi kehidupan dunia ini dan akan punah kehidupan yang
ada padanya.

“Seandainya Allah mengikuti hawa nafsu mereka dalam mengatur alam
ini, niscayalah akan terjadi kerusakan dilangit dan dibumi serta
penghuninya. Akan tetapi Kami memberikan kepada mereka Al-Qur’an yang
mengingatkan mereka, namun mereka lalai dari peringatan terhadap
mereka.” (Al-Mu’minun: 71).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar